Langsung ke konten utama

Berdandan Boleh, Tapi...






Wanita selalu ingin tampil cantik dan menarik. Oleh karena itu berdandan merupakan aktivitas wajib bagi sebagian besar kaum hawa—saya katakan sebagian besar karena memang ada sebagian wanita yang tidak suka berdandan. Banyak cara dilakukan wanita untuk mempercantik dirinya, dan tentu harus mengorbankan waktu serta biaya tidak sedikit. Islam tidak melarang seorang wanita untuk berdandan, namun ada aturan-aturan berdandan bagi muslimah yang harus dipatuhi. Allah swt. berfirman:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A‘raaf 7: 31)
Ayat di atas menerangkan dengan jelas bahwa berdandan atau berhias diperbolehkan bagi pria dan wanita, tapi jangan berlebihan! Peringatan jangan berlebihan inilah yang sering dilupakan atau bahkan tidak dipedulikan. Cara-cara berdandan yang dilarang dalam Islam juga masih banyak dilakukan. Apa sajakah cara berdandan yang dilarang dalam Islam?

1. Memperlihatkan Aurat
Ingin tampil cantik lalu pakai baju seksi, dan kurang bahan. Atau pakai jilbab tapi bajunya menempel ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuh. Kalau disuruh mengenakan pakaian yang longgar menolak. Alasannya, “Itu kuno, ketinggalan zaman! Nanti aku jadi kayak emak-emak! Nggak gaul!”
Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu serta istri-istri orang mukmin: Sebaiknya mereka mendekatkan jilbabnya ke semua badan mereka. Yang sekian itu agar mereka lebih gampang di kenal, karenanya mereka tak diganggu. Serta Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59)
Demi gaul lalu perintah Allah untuk menutup aurat diabaikan? Jilbab yang syar’i dianggap kuno dan ketinggalan zaman? Ya sudah, silakan saja kalau itu menjadi pilihanmu! Dan siap-siap saja bergaul dengan setan di neraka nanti!

2. Menyerupai Laki-laki
Laki-laki tidak boleh memakai pakaian atau berpenampilan seperti wanita, dan wanita pun dilarang memakai pakaian atau berpenampilan seperti laki-laki.
Rasulullah saw. melaknat lelaki yang kenakan pakaian wanita serta wanita yang kenakan pakaian lelaki. (HR Ahmad)
Larangan berpenampilan seperti laki-laki juga berlaku untuk potongan rambut. Wanita tidak boleh mencukur rambut seperti laki-laki atau hingga kedua telinga. Allah menciptakan rambut sebagai hiasan keindahan bagi wanita. Oleh karena itu di dalam ibadah haji dan umrah wanita hanya disyariatkan memotong rambut sebatas ujung jari, sedangkan pria disunahkan mencukur keseluruhan. Rambut wanita tidak boleh dipotong habis kecuali karena kebutuhan atau sesuatu yang mengharuskan—misalnya karena sakit.

3. Menyambung Rambut dan Memakai Wig
Tidak puas dengan bentuk atau tampilan rambut lalu menyambung rambut atau memakai wig (termasuk sanggul). Sebagian wanita juga memakai wig dan menyambung rambut hanya karena ingin mengikuti tren seperti para artis. Padahal memakai wig dan menyambung rambut dilarang dalam Islam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat penyambung rambut dan orang yang minta disambung rambutnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Menyemir Rambut dengan Warna Hitam
Menyemir rambut bukan hal yang aneh lagi sekarang. Banyak orang menyemir rambutnya dengan berbagai warna. Bukan hanya wanita, pria pun banyak yang menyemir rambut.
Dalam hadits sahih riwayat Muslim dan lainnya (selain Bukhari dan Tirmidzi) diriwayatkan:
Tatkala Abu Bakar membawa ayahnya, Abu Kuhafah ke hadapan Nabi pada hari penaklukan Makkah, sedang Nabi melihat rambutnya bagaikan pohon tsaghamah yang serba putih buahnya maupun bunganya, maka Nabi bersabda: “... ubahlah ini (uban) tetapi jauhilah warna hitam.”
Sudah jelaslah bahwa menyemir rambut di dalam Islam diperbolehkan, hanya saja harus menghindari warna hitam.

5. Mencabut Bulu Alis
Punya alis dicukur habis lalu digambar sendiri. Setelah dilihat-lihat ternyata gambarnya tidak sama, hapus lagi, gambar lagi... Bukannya cantik malah jadi jelek! Sudah bikin susah, bikin dosa lagi! Rasulullah saw. melaknat wanita yang mencabut alisnya.
Telah dilaknat wanita yang menyambung rambut serta wanita yang minta untuk disambung rambutnya, wanita yang mencabut alis serta wanita yang minta dicabut alisnya, wanita yang mentato serta wanita yang minta untuk ditato, tidak ada penyakit. (HR Abu Daud dalam sanad shahih)

6. Memakai Bulu Mata Palsu
Bulu mata pendek atau kurang lentik. Karena merasa tidak puas lalu memilih menggunakan bulu mata palsu. Ini juga dilarang. Memakai bulu mata palsu sama dengan memakai wig atau menyambung rambut. Hukumnya haram.

7. Memanjangkan Kuku
Islam adalah agama yang sangat mencintai kebersihan. Kuku termasuk anggota tubuh yang harus bersih ketika salat. Imam Nawawi menjelaskan, “Seandainya di bawah kuku ada kotoran namun masih membuat air mengenai anggota wudhu karena kotorannya hanya secuil, wudhunya tetap sah. Namun jika kotoran tersebut menghalangi kulit terkena air maka wudhunya jadi tidak sah dan tidak bisa menghilangkan hadast.”
Hukum memanjangkan kuku bagi pria dan wanita adalah makruh menurut sebagian ulama, namun tidak boleh lebih dari empat puluh hari. Anas bin Malik radhiallahu’anhu juga berkata,
Kami diberi batasan dalam memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, yaitu itu semua tidak dibiarkan lebih dari 40 malam. (HR Muslim)
Kuku yang panjang bisa menjadi sarang setan dan tempat persembunyian mereka. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. bersabda:
Wahai Abu Hurairah, potonglah (perpendeklah) kuku-kukumu. Sesungguhnya setan mengikat (dengan sihir, rayuan, dan godaan melalui) kuku-kuku yang panjang. (HR Ahmad)
Dari seluruh uraian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa secara tidak langsung Rasulullah saw. menganjurkan pada umatnya baik laki-laki maupun perempuan untuk memotong kuku dan melarang memanjangkannya karena hal tersebut membuat seseorang mudah untuk digoda setan.

8. Menato Tubuh
Bagi sebagian orang tubuh bertato meninggalkan kesan seram, menakutkan, diidentikkan dengan preman atau penjahat. Di dalam Islam tato hukumnya haram. Sumber hukumnya sebagai berikut.
Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan mebangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu benar-benarmereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (QS. An-Nisa:119)
Sedangkan hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim menerangkan:
Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya, melakukan tato di wajahnya (mutawasshimah), menghilangkan rambut dari wajahnya, menyambung giginya demi kecantikan, mereka telah mengubah ciptaan Allah.

9. Merenggangkan/Mengikir Gigi
Allah telah melaknat, mengutuk orang-orang yang membuat tato dan orang-orang yang minta dibuatkan tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang mengubah ciptaan Allah. (HR. Muslim)
Hdis ini dengan sangat jelas menyebutkan laknat Allah pada orang yang merenggangkan gigi. Merenggangkan gigi sama seperti menato tubuh dan mencabut bulu mata yang mengubah ciptaan Allah sehingga dilarang.
Bagi yang menggunakan kawat gigi tampaknya juga perlu behati-hati—apabila penggunaan kawat gigi tersebut hanya bertujuan untuk membuat dirinya tampil cantik di hadapan seseorang (bukan untuk tujuan pengobatan). Sebab kadang-kadang sebelum memakai kawat gigi, gigi si pasien harus direnggangkan terlebih dahulu.

10. Operasi Plastik
Operasi plastik yang dilakukan karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna atau cacat, maka diperbolehkan. Sedangkan operasi plastik yang dilakukan hanya untuk kecantikan padahal wajah dan anggota tubuhnya sejak awal sudah sempurna, hukumnya haram. Hal ini termasuk mengubah ciptaan Allah.

Penulis artikel ini adalah seorang wanita. Tidak munafik, saya juga ingin tampil cantik dan menarik. Namun saya sering geleng-gekleng kepala keheranan melihat teman wanita yang berdandan habis-habisan (baca: menor atau berlebihan). Memakai make up tebal, alis digundul dan digambar, sebentar-sebentar ganti warna rambut sampai memakai bulu mata palsu. Mereka tidak sadar bahwa dandanan yang berlebihan sebenarnya justru membuat wajah mereka terlihat seperti badut. Seringkali saya dapati penampilan mereka yang tanpa riasan sebenarnya lebih menarik daripada yang dipoles sedemikian rupa. Lebih memprihatinkan lagi adalah pada saat mereka diingatkan bahwa beberapa cara berdandannya menyalahi aturan agama mereka cuek saja. Tidak peduli, bahkan membantah. Kejadian ini penulis alami sendiri saat mencoba menasihati seorang teman.
“Hei, mencukur alis itu tidak boleh, lho! Dosa!”
“Alaahhh... kan cuma dikit!”
“Biar dikit, tetap aja nggak boleh...”
“Terus gimana? Kalau alis dibiarkan aja tebal begitu nanti kayak monyet!”
Saya langsung kehilangan kata-kata.
Sebenarnya mereka bukannya tidak tahu dengan beberapa cara berdandan yang dilarang agama tersebut. Mereka tahu, tapi tidak mau tahu. Mereka paham, tapi cuek, tidak peduli. Ajaran agama disepelekan dan dibuang jauh-jauh karena dianggap penghalang untuk tampil cantik. Sama seperti berjilbab syar’i yang diubah sekehendak hati menjadi “jilboobs”, mereka tidak mau terlihat ketinggalan zaman atau dikatai tidak gaul.
Saya benar-benar miris melihat kenyataan ini. Betapa sesungguhnya banyak wanita yang telah kehilangan kepercayaan diri, sampai-sampai demi terlihat cantik mereka rela menggunakan barang-barang palsu. Rambut palsu, bulu mata palsu, penampilan palsu... jangan-jangan demi bisa gaul, sebentar lagi hati pun menjadi palsu! Inikah yang namanya tidak mensyukuri nikmat Allah?
Saudara-saudara muslimah yang dicintai Allah, silakan perindah diri kalian, tapi jangan berlebihan. Yakinlah, ciptaan Allah yang asli lebih cantik daripada barang-barang imitasi!

Sumber gambar: PIXABAY

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pinjam Bukunya, Dong!

"Pinjam bukunya, dong!" Bagaimana reaksi teman-teman jika ada yang mengungkapkan kalimat itu? Meminjamkan buku dengan senang hati? Meminjamkan buku dengan waswas dan kasih pesan atau peringatan macam-macam? Atau menolak sama sekali? Kalau saya, ambil pilihan ketiga: menolak sama sekali. Saya paling anti meminjamkan buku pada orang lain. Silakan bilang saya pelit, sok, gaya, atau apa pun. Tapi saya jadi pelit bukan tanpa alasan. Banyak pengalaman buruk saya berhubungan dengan pinjam-meminjam buku. Buku kembali dalam keadaan lecek/lusuh, rusak, dicoret-coret, bahkan tidak kembali. Dulu saya tidak terlalu peduli ketika buku yang dipinjam rusak atau tidak kembali. Tapi sekarang buku menjadi benda kesayangan yang setelah diadopsi saya rawat dan jaga baik-baik. Jadi jika sampai terjadi kerusakan atau kehilangan pada buku yang dipinjam, jangan salahkan jika saya jadi galak!  Buku saya yang rusak setelah dipinjam teman Foto di atas adalah contoh buku yang ...

Mengenal GERD-Anxiety, dan Adenomiosis

Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis Penulis: ShytUrtle Penerbit: Pena Borneo, Februari 2019 (Cetakan Pertama) Tebal: 285 halaman ISBN: 978-602-5987-28-1 Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis  (selanjutnya, demi kemudahan, saya singkat judul buku ini menjadi AGAA) adalah buku yang menceritakan pengalaman penulisnya (ShytUrtle atau U) selama menderita ketiga penyakit tersebut. Ditulis dengan format seperti buku harian, kita seperti dibawa singgah ke Malang, tanah kelahiran U. Kemudian diperlihatkan kehidupan sehari-hari U yang harus bersahabat dengan GERD-anxiety dan adenomiosis. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapat usai membaca AGAA, di samping sederet istilah-istilah kesehatan yang rumit. Diuraikan dengan bahasa sederhana, tapi enak diikuti dan tidak membosankan. Sungguh kagum saya pada U karena bisa dengan tegar menjalani hari-harinya setelah divonis menderita sakit GERD dan kawan-kawan. Selama membaca AGAA rasanya saya seperti ikut merasakan seluruh kesakitan, kesedi...

Kan, Masih Anak-Anak!

Anak-anak selalu digambarkan sebagai sosok yang aktif, lucu, menggemaskan, manja, dan nakal. Kata terakhir inilah yang mengendap begitu lama dalam pikiran saya, sehingga membuat saya tergelitik untuk membuat tulisan ini. Sampai sejauh mana kenakalan anak-anak masih bisa ditolerir, dianggap wajar? Ada seorang ibu yang berkunjung ke rumah temannya sambil membawa anak kecil. Anaknya sangat aktif, tidak bisa diam. Berlarian ke sana kemari sambil memegang barang-barang milik tuan rumah. Apa saja dipegang. Gelas minuman, toples makanan, helm, hiasan pajangan, keramik ... Sepasang mata sang tuan rumah--yang juga perempuan--tak lepas mengawasi sambil berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan tamunya. Sesekali tersenyum. Namun hatinya berbisik waswas, Aduh, nanti kalau pecah bagaimana, ya? Sementara ibu tamu tetap duduk manis di sebelah tuab rumah, mengobrol dengan serunya. Hanya sesekali berseru, "Adek, jangan! Ayo kembalikan! Jangan ke sana-sana, tidak boleh!" ...