Bisa tergabung dalam Antologi "MENGUNYAH GERAM" (Seratus Puisi Melawan Korupsi), sungguh hal yang tidak terduga. Awal November 2017 saya membaca pengumuman di status facebook seorang seniman yang membuka event menulis puisi bertema "Puputan Melawan Korupsi" untuk memperingati hari antikorupsi sedunia. Siapa pun yang berminat dipersilakan mengirimkan puisi karyanya yang kemudian akan diseleksi, dan dimuat dalam buku antologi puisi melawan korupsi. Waktu pengiriman karya hanya sekitar sepuluh hari. Sejenak saya tertegun membaca pengumuman itu. Ada keinginan ikut serta, tapi apakah saya mampu? Mengingat selama ini puisi yang saya tulis selalu tentang cinta-cintaan, beralih ke tema korupsi, itu rasanya seperti orang yang terbiasa minum es krim disodori jamu. Sepanjang tahun 2017 saya memang sedang giat-giatnya mengikuti lomba menulis--tak peduli menang atau kalah, yang penting ikut. Jika saya tidak mencoba event puisi ini, rasanya kok menyia-nyiakan kesemp
Taklukkan dunia dengan membaca dan menulis!