Langsung ke konten utama

Kan, Masih Anak-Anak!



Anak-anak selalu digambarkan sebagai sosok yang aktif, lucu, menggemaskan, manja, dan nakal. Kata terakhir inilah yang mengendap begitu lama dalam pikiran saya, sehingga membuat saya tergelitik untuk membuat tulisan ini.

Sampai sejauh mana kenakalan anak-anak masih bisa ditolerir, dianggap wajar?

Ada seorang ibu yang berkunjung ke rumah temannya sambil membawa anak kecil. Anaknya sangat aktif, tidak bisa diam. Berlarian ke sana kemari sambil memegang barang-barang milik tuan rumah. Apa saja dipegang. Gelas minuman, toples makanan, helm, hiasan pajangan, keramik ... Sepasang mata sang tuan rumah--yang juga perempuan--tak lepas mengawasi sambil berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan tamunya. Sesekali tersenyum. Namun hatinya berbisik waswas, Aduh, nanti kalau pecah bagaimana, ya?

Sementara ibu tamu tetap duduk manis di sebelah tuab rumah, mengobrol dengan serunya. Hanya sesekali berseru, "Adek, jangan! Ayo kembalikan! Jangan ke sana-sana, tidak boleh!"

Perhatian sang anak beralih pada toples makanan. Membuka tutup toples, mengambil sepotong kue, dan memasukkan ke dalam mulut. Belum habis kue yang pertama, ia mengambil kue lagi. Bahkan mengaduk-aduk isi toples dengan tangan yang basah oleh air liur.

Lagi-lagi sang ibu cuma berkata, "Adek, jangan!"

Bagaimana perasaan tuan rumah kira-kira? Geram. Jelas!

Namun dalam kondisi semacam ini, banyak tuan rumah yang hanya memilih diam demi kesopanan. Tidak bisa menegur karena pelakunya masih anak-anak. Juga karena tidak mau membuat ibunya tersinggung.

Seharusnya sang ibulah yang mengambil tindakan. Bukan dengan berteriak-teriak "Jangan! Jangan!" Langsung datangi si anak. Digandeng, dibawa menjauh (dari benda-benda yang mungkin membahayakan atau membuat masalah), didudukkan dekat ibunya. Atau dipangku. Alihkan perhatian sang anak dengan memberi mainan yang sebenarnya. Mungkin sang ibu bisa bawa mainan sendiri dari rumah. Jika anak ingin makan camilan yang disuguhkan tuan rumah, suruh ambil satu dulu. Awasi sampai anak menghabiskannya, baru boleh ambil lagi.

Sungguh, menyebalkan sekali jika ada seorang ibu yang membawa anak bertamu atau bepergian, tapi abai mengawasi. Si ibu asyik mengobrol dengan temannya dan sang anak "dilepas" begitu saja. Malah orang lain yang ada di sana, yang lebih perhatian, terpaksa jadi baby sitter

Menegur anak dengan berteriak-teriak, ini juga menyebalkan. Pertama, berisik. Kedua, tidak efektif. Memangnya anak akan mendengarkan dan langsung menurut dengan diteriaki, "Jangan"? Tidak! Lebih baik didatangi dan jauhkan dari sumber masalah!

Ada pula ibu yang tidak pernah mau menerima kalau anaknya disalahkan. Ini yang repot.

Anaknya berteriak-teriak sampai mengganggu ketenangan tetangga kanan kiri.
"Biar, kan, masih anak-anak!"

Anaknya menangis, tantrum sampai berjam-jam. Ibunya tak mengambil tindakan apa pun.
"Biar, kan, masih anak-anak!"

Anaknya memetik daun dan merusak tanaman tetangga.
"Biar, kan, masih anak-anak!"


Bu, kami tahu anak ibu masih anak-anak. Masih sering nakal. Tapi bukan berarti semua yang dia lakukan harus dimaklumi. Kalau kenakalannya di luar batas, sampai mengganggu orang lain atau merusak barang orang lain, tidak bisa didiamkan saja. Sebagai seorang ibu, Anda juga harus bisa mengatur anak Anda. Memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kalau anaknya masih terlalu kecil dan belum bisa membedakan baik dan buruk, ibunyalah yang harus memberi pengawasan ekstra.

Seorang ibu (atau ayah) biasanya akan sakit hati kalau anaknya sampai ditegur orang lain, tidak peduli meski anaknya telah melakukan kesalahan. Oleh karena itu, sebelum diajari oleh orang lain, lebih baik ibu mengajari anaknya sendiri.



Sumber gambar: PIXABAY

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAUT BIRU KLARA, Memandang Kekurangan Sebagai Suatu Kelebihan

Judul: Laut Biru Klara Penulis: Auni Fa Penerbit: METAMIND (Tiga Serangkai) Tebal: 330 halaman Cetakan: Pertama, Februari 2019 ISBN: 978-602-9251-77-7 Laut Biru Klara adalah novel karya Auni Fa kedua yang saya baca. Menceritakan tentang gadis kecil penderita autis bernama Klara yang tinggal di Kampung Pesisir miskin. Meski demikian, Klara memiliki kemampuan berenang luar biasa mengungguli kedua sahabatnya yang normal, Sea dan Gegar. Sea, anak perempuan nelayan yang digadang-gadang sebagai penerus keluarga, sebanarnya sangat benci dengan bau amis ikan. Bersama teman laki-lakinya, Gegar, Sea menjadi pengawal pribadi Klara. Menemani Klara bermain, mengantarnya pergi ke karang besar dan hutan. Sea dan Gegar juga selalu membela Klara jika anak itu dimarahi, dipukuli, atau dikurung di dalam rumah oleh Paman Bai--ayah Klara yang galak. Dalam suatu peristiwa, Gegar tewas tenggelam terseret ombak. Kepergian gegar membuat Klara dan Sea berduka. Namun untunglah tak b

Quote Menulis

Kita semua pasti pernah diserang rasa malas saat menulis. Lalu bagaimana caranya mengembalikan semangat menulis? Daripada mengeluh di facebook atau mengganggu teman, lebih baik kita membaca quote atau kutipan indah para tokoh terkenal yang berhubungan dengan dunia tulis menulis. Setelah membaca kata-kata emas mereka, mungkin saja semangat menulismu langsung melonjak drastis. Simak, yuk! 1. Aku akan menjadi seorang penulis walau harus mati! (Alex Haley) 2. Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak. (Ali bin Abi Thalib) 3. Ikatlah ilmu dengan menulis. (Ali Bin Abi Thalib) 4. Semakin banyak orang membaca buku karya Anda,semakin besar pengaruh yang Anda berikan dalam suatu masyarakat. Mungkin karena energi yang tersimpan dalam buku inilah, sebuah buku sering ditakuti. (Bambang Trimansyah) 5. Penulis tidak perna

Lorosae My Love - Mengejar Cinta ke Bumi Timor Leste

Judul: Lorosa'e: My Love Penulis: Riskaninda Maharani Penerbit: Araska Publisher Tebal: 252 halaman Cetakan: Pertama, November, 2017 ISBN: 978-602-300-432-4 Lorosa'e: My Love adalah sebuah novel cinta dewasa yang mengambil setting di Timor Leste dan Malang. Cukup menarik karena Timor Leste termasuk jarang diangkat ke dalam novel. Inilah yang membuat Lorosa'e: My Love berbeda dari novel-novel kebanyakan. Mengisahkan tentang Dee, gadis petualang cinta dari Indonesia yang jatuh hati pada pemuda Timor Timur bernama Zil. Gejolak perasaan yang begitu menggelora dan sulit dikendalikan membuat Dee terseret pesona pria itu, membawanya serta ke Timor Leste. Berharap kebahagiaan akan merengkuhnya dengan diakui sebagai anggota keluarga Zil secara adat. Namun baru beberapa hitungan hari, Dee melihat perangai Zil berubah menjadi kasar. Memukul, menendang, dan berbagai siksaan fisik sering kali dilayangkan ke tubuh Dee dengan ringan--hingga berdarah-darah. Hanya kar