Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis
Penulis: ShytUrtle
Penerbit: Pena Borneo, Februari 2019 (Cetakan Pertama)
Tebal: 285 halaman
ISBN: 978-602-5987-28-1
Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis (selanjutnya, demi kemudahan, saya singkat judul buku ini menjadi AGAA) adalah buku yang menceritakan pengalaman penulisnya (ShytUrtle atau U) selama menderita ketiga penyakit tersebut. Ditulis dengan format seperti buku harian, kita seperti dibawa singgah ke Malang, tanah kelahiran U. Kemudian diperlihatkan kehidupan sehari-hari U yang harus bersahabat dengan GERD-anxiety dan adenomiosis. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapat usai membaca AGAA, di samping sederet istilah-istilah kesehatan yang rumit. Diuraikan dengan bahasa sederhana, tapi enak diikuti dan tidak membosankan.
Sungguh kagum saya pada U karena bisa dengan tegar menjalani hari-harinya setelah divonis menderita sakit GERD dan kawan-kawan. Selama membaca AGAA rasanya saya seperti ikut merasakan seluruh kesakitan, kesedihan, sekaligus semangat perjuangan dan optimisme U. Dalam kondisi sakit, U tetap berangkat kerja, mengikuti karnaval dan jalan-jalan, itu sungguh luar biasa. Kemudian penggambaran setting-nya ..., wah ..., jadi membuat saya ingin jalan-jalan ke Malang.
Sebal sekali waktu membaca bagian tetangga baru toko tempat kerja U yang sepertinya barbar, tidak tahu aturan. Iya, sih, sama-sama cari rezeki. Tapi semestinya kita tahu bagaimana caranya mencari rezeki dengan baik tanpa membuat orang lain terganggu. Minimal, kalau gangguan itu tidak bisa dihindari, datang ke toko tetangga. Kasih tahu, bilang permisi, beri warning, dan minta maaf di awal bahwa, ya ..., memang jenis pekerjaannya mengganggu. Meskipun tidak akan mengubah keadaan, setidaknya, kan, ada pertanggungjawaban secara moril. Sayangnya, berdasarkan beberapa pengalaman yang pernah saya alami, orang zaman sekarang banyak yang tidak peka, seenaknya sendiri. Kalau kata orang Jawa, Ora kena dielekke (Tidak bisa dibilangin/ dikasih tahu). Nanti kalau kita mengeluh satu kalimat saja bakal memancing keributan atau malah njarak (semakin menjadi-jadi). Maka, langkah U memilih diam meskipun membuat diri tersiksa, saya kira itu yang terbaik.
Satu lagi yang saya heran, bagaimana U bisa mengingat resep-resep obat tradisional yang begitu banyak dan bermacam-macam? (Sepertinya setelah makan atau minum sesuatu, penulis langsung mencatat atau membuat rinciannya.) Telaten sekali dia mencari obat-obat tradisional, pesan ke sana kemari. Tapi memang, ya, demi kesembuhan, apa pun akan dilakukan.
Paling WOW itu waktu baca tips bunga-bunga yang bisa dimakan. Pernah dengar memang, ada artis yang makan bunga. Waktu itu yang terlintas di pikiran adalah, Kaya jathilan wae mangan kembang! (Kayak jathilan aja makan bunga!) Setelah membaca buku ini, seandainya di depan saya ada bunga kenanga, melati, mawar, krisan, wijaya kusuma, kembang turi, rosella, kembang sepatu, anggrek, begonia, kembang kanthil, mungkin saya akan coba mencicip satu-satu.
Mungkin kekurangan buku AGAA adalah tidak konsisten dalam menggunakan kata ganti. Di halaman awal sampai 121 menggunakan kata ganti "saya", lalu mulai halaman 122 sampai akhir menggunakan kata ganti "aku". Seharusnya sih, kalau dari awal pakai "saya", ya pakai "saya" terus. Tapi kalau mau pakai "aku", ya pakai "aku" terus. Karena buku ini seperti buku harian, sepertinya lebih cocok pakai "aku", biar tidak terkesan terlalu formal dan lebih akrab dengan pembaca. Kekurangan kedua ada beberapa bagian yang diulang. Sudah diceritakan di awal, diceritakan lagi pada bagian berikutnya.
Secara keseluruhan, buku AGAA sangat bagus dan bermanfaat. Dari sini kita bisa menambah pengetahuan tentang beberapa penyakit dan obatnya, serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk penyembuhan secara mandiri.
Pesan yang saya dapat dari buku ini:
1. Kesehatan itu mahal dan sangat berharga. Jagalah baik-baik selagi kita masih diberi nikmat sehat. Banyak bersyukur, jangan kufur. (MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?)
2. Obat yang sesungguhnya berasal dari diri sendiri. Asalkan kita bahagia, maka kita akan sehat.
3. Indonesia itu negara kaya. Kaya obat-obatan yang bisa langsung diambil dari alam. Maka sayang sekali jika alam sampai rusak. Yuk, kita jaga bumi Indonesia tercinta yang telah dianugerahkan Tuhan.
Saya merasa sangat, sangat beruntung bisa membaca buku ini.
Terima kasih U. Semoga selalu diberi kesehatan.
Terima kasih udah di review Kakak 🥺😍
BalasHapusSoal "saya" dan "aku" dulu udah rundingan ama Kakak Editor 🤭
Saya disaranin pakek salah satunya. Cuman kan mikirnya kalau yang awal nggak papa pakek "saya". Baru yang diary anxie pakek "aku". Mohon maaf karena jadinya bikin ndak nyaman 🙈
Makasih buanget dah pokoknya. Saranghae 💙
Iya, nggak apa-aps. Ini bukunya sudah keren, kok. Buku nonfiksi yang asyik. Josss!
HapusKak kalau mau beli bukunya dimana ya, udah tanya ke pena borneo bukunya habis
HapusSaya suka blognya
BalasHapusTerima kasih atas dukungannya. 😊
Hapus