Langsung ke konten utama

Menengok Kisah Sahabat dari Negeri Sakura Melalui "Watashitachi no Hikari"

WATASHITACHI NO HIKARI

Penulis: Jae Kho
Penerbit: JWriting Soul Publishing
Cetakan: Pertama, Oktober 2020
Tebal: 240 halaman
ISBN: 978-623-292-092-7

Hikari Putri Sucipto berusaha merangkak dari jurang keterpurukan setelah perceraian kedua orang tuanya. Hikari kemudian mengikuti sang mama pindah ke Tokyo, tinggal di sebuah apartemen tua sederhana. Meskipun demikian, mama Hikari tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim yang taat. Selalu ingat salat lima waktu dan rajin membaca Al-Qur'an.


Di sekolah, Hikari sering berselisih dengan Daichi, tapi akhirnya mereka berteman akrab bersama beberapa remaja yang lain. Kehidupan Daichi tak kalah menyedihkan dari Hikari. Kedua orang tua Daichi meninggal dalam sebuah kecelakaan, menyebabkan Daichi harus diasuh oleh sang kakek sejak kecil. Namun tak lama kemudian kakek Daichi meninggal pula.

Yang menarik dari novel Watashitachi no Hikari adalah, beberapa tokoh diceritakan sebagai mualaf. Tentu kita tahu bahwa di Jepang penganut agama Islam adalah minoritas. Sehingga membuat tokoh-tokoh muslim di novel ber-setting Jepang terasa istimewa.

Secara penampilan, novel WNH cukup memanjakan mata. Warna ungu dengan gambar bunga sakura merah muda menarik sekali. Layout-nya juga manis ditambah ilustrasi sesuai cerita. Font huruf sedang dan nyaman di mata.

Di dalam novel ini terdapat banyak kosakata bahasa Jepang yang dijelaskan melalui catatan kaki. Kalau tidak teliti atau tidak sabar membacanya bisa kebingungan. Tapi bisa jadi nilai plus untuk belajar bahasa Jepang sedikit-sedikit.

Jadi, sukses, ya, Jae Kho, untuk novel Watashitachi no Hikari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pinjam Bukunya, Dong!

"Pinjam bukunya, dong!" Bagaimana reaksi teman-teman jika ada yang mengungkapkan kalimat itu? Meminjamkan buku dengan senang hati? Meminjamkan buku dengan waswas dan kasih pesan atau peringatan macam-macam? Atau menolak sama sekali? Kalau saya, ambil pilihan ketiga: menolak sama sekali. Saya paling anti meminjamkan buku pada orang lain. Silakan bilang saya pelit, sok, gaya, atau apa pun. Tapi saya jadi pelit bukan tanpa alasan. Banyak pengalaman buruk saya berhubungan dengan pinjam-meminjam buku. Buku kembali dalam keadaan lecek/lusuh, rusak, dicoret-coret, bahkan tidak kembali. Dulu saya tidak terlalu peduli ketika buku yang dipinjam rusak atau tidak kembali. Tapi sekarang buku menjadi benda kesayangan yang setelah diadopsi saya rawat dan jaga baik-baik. Jadi jika sampai terjadi kerusakan atau kehilangan pada buku yang dipinjam, jangan salahkan jika saya jadi galak!  Buku saya yang rusak setelah dipinjam teman Foto di atas adalah contoh buku yang ...

Mengenal GERD-Anxiety, dan Adenomiosis

Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis Penulis: ShytUrtle Penerbit: Pena Borneo, Februari 2019 (Cetakan Pertama) Tebal: 285 halaman ISBN: 978-602-5987-28-1 Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis  (selanjutnya, demi kemudahan, saya singkat judul buku ini menjadi AGAA) adalah buku yang menceritakan pengalaman penulisnya (ShytUrtle atau U) selama menderita ketiga penyakit tersebut. Ditulis dengan format seperti buku harian, kita seperti dibawa singgah ke Malang, tanah kelahiran U. Kemudian diperlihatkan kehidupan sehari-hari U yang harus bersahabat dengan GERD-anxiety dan adenomiosis. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapat usai membaca AGAA, di samping sederet istilah-istilah kesehatan yang rumit. Diuraikan dengan bahasa sederhana, tapi enak diikuti dan tidak membosankan. Sungguh kagum saya pada U karena bisa dengan tegar menjalani hari-harinya setelah divonis menderita sakit GERD dan kawan-kawan. Selama membaca AGAA rasanya saya seperti ikut merasakan seluruh kesakitan, kesedi...

Kan, Masih Anak-Anak!

Anak-anak selalu digambarkan sebagai sosok yang aktif, lucu, menggemaskan, manja, dan nakal. Kata terakhir inilah yang mengendap begitu lama dalam pikiran saya, sehingga membuat saya tergelitik untuk membuat tulisan ini. Sampai sejauh mana kenakalan anak-anak masih bisa ditolerir, dianggap wajar? Ada seorang ibu yang berkunjung ke rumah temannya sambil membawa anak kecil. Anaknya sangat aktif, tidak bisa diam. Berlarian ke sana kemari sambil memegang barang-barang milik tuan rumah. Apa saja dipegang. Gelas minuman, toples makanan, helm, hiasan pajangan, keramik ... Sepasang mata sang tuan rumah--yang juga perempuan--tak lepas mengawasi sambil berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan tamunya. Sesekali tersenyum. Namun hatinya berbisik waswas, Aduh, nanti kalau pecah bagaimana, ya? Sementara ibu tamu tetap duduk manis di sebelah tuab rumah, mengobrol dengan serunya. Hanya sesekali berseru, "Adek, jangan! Ayo kembalikan! Jangan ke sana-sana, tidak boleh!" ...