Langsung ke konten utama

Internet Bagi Penulis: Antara Bantuan dan Godaan



Keberadaan internet bagi penulis sebenarnya bantuan atau godaan, sih? Ya itu tergantung bagaimana cara kita menggunakannya.






Internet merupakan bantuan yang luar biasa bagi penulis masa kini karena melalui internet kita bisa mendapatkan berbagai manfaat. Informasi melimpah dari si google atau si yahoo, sehingga ketika kita membutuhkan bahan untuk tulisan tinggal cari melalui jalan ini. Alamat penerbit dan syarat-syarat kirim naskah langsung bisa kita ketahui dengan meluncur ke website penerbit yang bersangkutan. Tips-tips menulis, langkah-lagkah menulis, atau bentuk berbagai jenis tulisan juga dapat dengan mudah kita dapatkan di internet. Profil para penulis top dan pengalaman jatuh bangunnya yang sangat menginspirasi pun bisa diperoleh dengan mudah lewat internet. Informasi lomba atau event-event menulis hampir setiap hari mondar-mandir di beranda facebook. Kita bisa berteman dengan orang-orang yang satu minat, sama-sama suka menulis dan berbagi pengalaman. Sampai kita jadi bingung, mau ikut yang mana, ya? (Padahal naskah sendiri terbengkalai!) Itu adalah sebagian kecil bantuan-bantuan yang bisa penulis dapatkan dari internet.
Godaannya?
1. Membaca berita yang sebenarnya tidak terlalu penting (yang isinya lelucon, sumbernya tidak jelas, atau berisi gosip).
2. Nonton MV atau drama di youtube sampai keterusan atau lupa waktu. “Aku cuma mau nonton MV Xiah Joon Suh terbaru, lima menit saja...” Tapi malah keterusan nonton drama Korea terbaru sampai dua puluh episode secara maraton.
3. Buka facebook, tadinya mau masuk ke grup menulis, tanya kata “memberi tahu” itu yang benar disambung atau dipisah? Yang benar “memberi tahu” atau “memberi tau”? Karena belum ada yang anggota grup yang memberi jawaban, lihat-lihat beranda. Ada info lomba menulis cerpen di majalah XYZ, lalu share dan pasang status, “Pengen ikut lomba ini, tapi naskahku sendiri belum kelar-kelar... huhu...” Aduh... yang begini ini... tolonglah STOP MENGELUH DI FACEBOOK! Masalahmu, tulisanmu, tak akan selesai hanya dengan meratap di facebook. Mengeluh hanya akan menunjukkan betapa rapuh dirimu. Dan sebaik-baiknya tempat mengadu adalah Tuhan! Daripada mengeluh, lebih baik buka Microsoft Word dan mulai menulis!
4. Debat kusir
Buka facebook pasang status: Pejabat ABC tukang ingkar janji, bisanya korupsi, tipu sana tipu sini, hobinya piknik ke luar negeri, tapi rakyatnya mati kelaparan karena nggak punya nasi!!!
Komentar 1: Eh, jangan sok tahu deh, lo! Pejabat ABC masih lebih baik daripada pilihan lo, Pejabat DEF! Pidato aja pake teks!
Komentar 2: Mending pejabat DEF, pidato pake teks tapi nggak pernah curi uang rakyat! Pejabat ABC pinter ngomong doang!
Komentar 3: Ah, Pejabat ABC sama Pejabat DEF nggak ada bedanya! Nggak ada yang memihak rakyat!
Komentar 2: ...
Stop! Debat kusir begini tidak akan ada akhirnya. Biasanya hanya akan saling memaki dan mencela, apalagi yang berbau polotik. Sekarang kamu mau jadi penulis atau mau jadi politikus? 
5. Dari tadi mau nulis, tapi kok idenya sembunyi terus? Ambil ponsel, foto halaman word yang kosong, unggah di facebook, “Betapa sulitnya menulis...” Eh, jangan lupa, calon penulisnya juga harus foto dulu. Selfie.
Mulut monyong, lidah melet, elus rambut, kedip mata...
Nah, itulah beberapa bantuan dan godaan internet bagi para penulis. Ada yang mau menambahkan? Yuk, gunakan internet dengan bijak!

Sumber gambar: PIXABAY

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pinjam Bukunya, Dong!

"Pinjam bukunya, dong!" Bagaimana reaksi teman-teman jika ada yang mengungkapkan kalimat itu? Meminjamkan buku dengan senang hati? Meminjamkan buku dengan waswas dan kasih pesan atau peringatan macam-macam? Atau menolak sama sekali? Kalau saya, ambil pilihan ketiga: menolak sama sekali. Saya paling anti meminjamkan buku pada orang lain. Silakan bilang saya pelit, sok, gaya, atau apa pun. Tapi saya jadi pelit bukan tanpa alasan. Banyak pengalaman buruk saya berhubungan dengan pinjam-meminjam buku. Buku kembali dalam keadaan lecek/lusuh, rusak, dicoret-coret, bahkan tidak kembali. Dulu saya tidak terlalu peduli ketika buku yang dipinjam rusak atau tidak kembali. Tapi sekarang buku menjadi benda kesayangan yang setelah diadopsi saya rawat dan jaga baik-baik. Jadi jika sampai terjadi kerusakan atau kehilangan pada buku yang dipinjam, jangan salahkan jika saya jadi galak!  Buku saya yang rusak setelah dipinjam teman Foto di atas adalah contoh buku yang ...

Mengenal GERD-Anxiety, dan Adenomiosis

Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis Penulis: ShytUrtle Penerbit: Pena Borneo, Februari 2019 (Cetakan Pertama) Tebal: 285 halaman ISBN: 978-602-5987-28-1 Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis  (selanjutnya, demi kemudahan, saya singkat judul buku ini menjadi AGAA) adalah buku yang menceritakan pengalaman penulisnya (ShytUrtle atau U) selama menderita ketiga penyakit tersebut. Ditulis dengan format seperti buku harian, kita seperti dibawa singgah ke Malang, tanah kelahiran U. Kemudian diperlihatkan kehidupan sehari-hari U yang harus bersahabat dengan GERD-anxiety dan adenomiosis. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapat usai membaca AGAA, di samping sederet istilah-istilah kesehatan yang rumit. Diuraikan dengan bahasa sederhana, tapi enak diikuti dan tidak membosankan. Sungguh kagum saya pada U karena bisa dengan tegar menjalani hari-harinya setelah divonis menderita sakit GERD dan kawan-kawan. Selama membaca AGAA rasanya saya seperti ikut merasakan seluruh kesakitan, kesedi...

Kan, Masih Anak-Anak!

Anak-anak selalu digambarkan sebagai sosok yang aktif, lucu, menggemaskan, manja, dan nakal. Kata terakhir inilah yang mengendap begitu lama dalam pikiran saya, sehingga membuat saya tergelitik untuk membuat tulisan ini. Sampai sejauh mana kenakalan anak-anak masih bisa ditolerir, dianggap wajar? Ada seorang ibu yang berkunjung ke rumah temannya sambil membawa anak kecil. Anaknya sangat aktif, tidak bisa diam. Berlarian ke sana kemari sambil memegang barang-barang milik tuan rumah. Apa saja dipegang. Gelas minuman, toples makanan, helm, hiasan pajangan, keramik ... Sepasang mata sang tuan rumah--yang juga perempuan--tak lepas mengawasi sambil berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan tamunya. Sesekali tersenyum. Namun hatinya berbisik waswas, Aduh, nanti kalau pecah bagaimana, ya? Sementara ibu tamu tetap duduk manis di sebelah tuab rumah, mengobrol dengan serunya. Hanya sesekali berseru, "Adek, jangan! Ayo kembalikan! Jangan ke sana-sana, tidak boleh!" ...