Bagaimana
reaksi kita ketika tiba-tiba jatuh? Kata-kata apa yang pertama kali keluar dari
bibir kita?
Jika
ternyata yang sering meluncur adalah kata-kata umpatan atau makian, maka mulai
sekarang gantilah! Kita sering lupa bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah.
Kesandung batu kerikil juga Allah yang atur. Barangkali ketika jalan kita suka
seenaknya, tidak peduli dengan keadaan sekitar. Apalagi kalau rombongan,
jadilah kita berperilaku seolah-olah jalan itu warisan nenek moyang sendiri!
Ngobrol sambil ketawa-ketiwi, dorong-dorongan, lari-lari... Bayangkan, betapa
mengganggu dan menyebalkannya kelakuan pejalan kaki yang seperti ini? Kemudian daripada
kita diseruduk motor atau mobil, Allah tegur kita lebih dulu pakai batu
kerikil. Dibuat kesandung dan jatuh. Allah menyuruh kita hati-hati kalau jalan
agar selamat sampai tujuan.
Masih
ada lagi... ketika kita sakit batuk, pilek demam, lalu tidak bisa kerja.
Terpaksa harus diam di rumah, tidur tak nyenyak, makan pun tak enak.
Teman
menelepon dan bertanya, “Kenapa kamu nggak masuk kerja?”
“Aku
lagi nggak enak demam, nih... Hari ini aku libur dulu, ya? Tolong bilangin ke
Bos!”
“Oke,
nggak masalah! Nanti aku bilangin ke Bos.”
“Makasih.
Doain aku biar cepet sembuh, cepet sehat, dan bisa kerja lagi!”
Nah,
kalau sudah begini... baru kita ingat doa! Kalau sudah terkapar tak berdaya
baru kita ingat betapa berharganya kesehatan! Terus, kemarin-kemarin waktu
diberi tubuh segar bugar ke mana aja, Bos? Allah kasih kita sakit biar kita
sadar, kalau sehat itu mahal harganya. Bekerja mencari nafkah adalah ibadah,
tapi kalau setiap hari lembur sampai dua belas jam? Itu kerja apa menyiksa
diri? Manusia bukan robot, mesin saja ada istirahatnya. Bisa juga karena selama
ini kita terlalu sibuk di kantor sampai melupakan keluarga. Ketemunya hanya
waktu pagi di meja makan dan malam saat mau tidur. Kemudian Allah anugerahkan
sakit itu kepada kita agar kita di rumah saja, sedikit “dipaksa” meluangkan
waktu untuk keluarga.
Jadi
sebenarnya Allah itu sayang banget sama kita, ya? Ya, iyalah! Biarpun kita
dibikin kesandung, dibikin sakit juga... Allah itu Maha Penyayang, luar biasa
penyayangnya! Cuma kitanya sebagai manusia yang sering berburuk sangka sama
Allah! Simak ini...
Tidaklah
seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan,
kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan
sebagian dari kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari)
Tuh...
tertusuk duri saja, sebagian kesalahan kita akan dihapus! Kurang bagaimana
lagi, coba, sayangnya Allah sama kita? (Tapi jangan terus cari duri mawar buat
ditusukkan berkali-kali ke jari dengan sengaja. Kalau begitu bukannya
mengurangi dosa, malah nambah dosa! Ya, iyalah... mendzalimi diri sendiri!).
Lalu
kalau kita sakit atau tertimpa musibah harus bilang apa, dong?
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah:
155-157).
Makanya, mulai sekarang kalau kita mengalami
sesuatu yang tidak mengenakkan jangan ngomel-ngomel “Sialan!” apalagi mengeluarkan
penghuni kebun binatang! Ganti dengan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Ingat! Kalimat ini bukan hanya diucapkan ketika ada orang meninggal, tapi juga
setiap ada musibah.
Tahu tidak, kalau pada saat sakit Allah mengutus
empat malaikat untuk mendatangi kita? Untuk apa? Ini sabda Rasulullah saw. :
Apabila
seorang hamba Allah jatuh sakit, Allah akan mengutus empat malaikat. Malaikat
pertama akan mengambil selera makannya, malaikat kedua akan mengambil
rezekinya, malaikat ketiga akan mengambil kecantikan/ketampanan wajahnya
(pucat) dan malaikat keempat akan mengambil dosanya. Apabila telah sampai waktu
yang telah Allah tetapkan untuk hamba-Nya kembali sehat, Allah akan menyuruh
malaikat pertama, malaikat kedua, dan malaikat ketiga agar mengembalikan apa
yang telah diambil oleh mereka. Akan tetapi Allah tidak menyuruh malaikat
keempat mengembalikan dosa hamba-Nya tersebut.
Maka bersujudlah
para malaikat itu kepada Allah seraya berkata: “Ya Allah, mengapa dosa-dosa ini
tidak Engkau kembalikan?”
Allah
menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya
setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah
dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”
Meski demikian kita juga jangan berdiam diri ketika
sakit. Berbaring di tempat tidur sambil merintih, “Aduh... kepalaku pusing...
cenat-cenut rasanya mau pecah... Biarinlah, sekarang dosaku lagi diangkat sama
Allah...” Nggak gitu juga, kali! Kita tetap harus ikhtiar mencari kesembuhan.
Tentu dengan cara-cara yang baik, tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Jangan ke mbah dukun atau paranormal, nanti malah jatuhnya syirik, menyekutukan
Allah (dosa yang tidak terampuni, hiii... serem!). Ya ke dokter biasa ajalah.
Dokter modern atau dokter tradisional—yang lebih dikenal dengan pengobatan
alternatif—boleh. Minum obatnya juga yang biasa, jangan yang macam-macam.
Hindari obat haram, misalnya yang mengandung arak, darah, bangkai, atau urin.
(Nggak jijik, minum obat bercampur darah, atau bangkai, atau urin?)
Rasulullah
saw. Bersabda, Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya dan
menjadikan untuk kamu bahwa tiap-tiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu
berobatlah, tetapi janganlah berobat dengan sesuatu yang diharamkan. (HR. Abu Daud)
Dan yang tidak kalah penting, sebelum minum obat
harus baca doa dulu, jangan malah baca jampi-jampi!
Ada beberapa hikmah dan makna sakit dalam pandangan
Islam.
1. Sakit
adalah ujian
Allah akan menguji setiap manusia untuk melihat
siapa di antara hamba-Nya yang beriman.
Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Contoh sederhananya begini, ada seorang murid yang
woro-woro ke seluruh kelas, ke semua guru, “Hei, aku pinter, lho! Aku ini
jenius, nggak kalah sama Einstein!” Apa warga sekolah akan langsung percaya?
Tentu tidak! Si murid yang mengumumkan dirinya pintar ini harus melalui ujian.
Ujian mid semester, ujian semester, ujian kenaikan kelas, ujian kelulusan...
Kalau dia memang benar-benar pintar, pasti sanggup mengerjakan semua soal,
mendapat nilai bagus, dan naik kelas. Kalau bohong alias cuma om-do (omong
doang), nanti juga bakal ketahuan, kok! Nilainya pasti jeblok-jeblok tuh!
Sedangkan salah satu bentuk ujian yang diberikan
Allah pada hamba-Nya adalah sakit. Kalau kita ridha dengan musibah sakit
tersebut, maka Allah juga akan ridha memberikan pahala dengan surga. Kalau kita
marah, Allah juga marah.
2. Sakit Akan
Mengangkat Derajat dan Menambah Kebaikan
Poin kedua masih ada hubungannya dengan poin
pertama. Jika kita berhasil melewati ujian sakit dengan baik, kabar gembiranya,
derajat kita akan dinaikkan.
Tidaklah
seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan
baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan
darinya. (HR. Muslim).
Menaikkan derajat di sini tidak berarti harus naik
pangkat atau naik jabatan (ya bisa saja orang yang habis operasi usus buntu
lalu dinaikkan jabatan dari karyawan menjadi direktur—kalau Allah sudah
berkehendak apa pun bisa terjadi). Tapi “menaikkan derajat” memiliki arti yang
sangat luas. Misalnya setelah sembuh dari sakit keimanan orang itu jadi
bertambah, diberi kemudahan dalam menjemput rezeki, semakin disayang
orang-orang di sekitarnya, dan lain-lain—yang baik-baik. Terserah Allah mau
menaikkan derajatnya dengan cara bagaimana.
3. Sakit Adalah
Azab
Bagi sebagian orang, sakit juga bisa menjadi azab
yang membinasakan dirinya. Karena sesungguhnya segala bencana yang menimpa kita
berasal dari diri kita sendiri.
Dan
sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang kecil di dunia
sebelum azab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka kembali ke jalan
yang benar. (QS. As-Sajdah: 21)
4. Sakit Sebagai
Penebus Dosa dan Kesalahan
Sudah dijelaskan panjang lebar di awal, ya.
Pokoknya kalau dikasih sakit jangan marah, jangan mengeluh, jangan ngomel!
Seandainya dari lahir sampai dewasa seseorang tidak pernah diberi sakit,
kira-kira akan sebanyak apa dosa yang dimilikinya? Sakit akan menggugurkan dosa
kita sedikit demi sedikit, jadi nikmati saja sakit itu. Ketika kita diberi
sakit, gunakan waktu sakit untuk semakin banyak berdoa dan mendekatkan diri
pada Allah.
5. Sakit Membuat
Orang Introspeksi Diri dan Lebih Dekat Pada Allah
Biasanya seseorang akan lebih banyak ingat pada
Allah ketika dirinya sedang tertimpa musibah atau mengalami kesusahan daripada
ketika dia dalam keadaan senang. Tengoklah orang yang sedang sakit parah!
Banyak yang jadi lebih banyak berdoa dan beribadah. Di mejanya, selain ada
oleh-oleh dari orang yang datang menjenguk, tak jarang ada Alquran atau buku
Yaasiin. Di dekat bantalnya ada tasbih yang sewaktu-watu digunakan untuk
berzikir. Padahal semasa sehat, Alquran-nya itu dipajang saja di rak sampai
debunya tebal banget. Tangannya? Pegang rokok setiap menit. Ya pantesan sakit!
(Saya bukannya mau menyindir lho, tapi memang yang sering kita temui di sekitar
seperti itu. Yang menulis tulisan ini saja kalau lagi senang sering lupa sama
Allah, kok. Kalau lagi sedih atau sakit aja nangis-nangis, nyebut-nyebut Allah.
Eh... malah curhat!)
Musibah
yang engkau terima dengannya terhadap Allah swt. Lebih baik bagimu daripada
nikmat yang membuatmu lupa untuk berzikir kepada-Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha-ib)
6. Sakit
Memperbaiki Hati
Kalau manusia selama hidupnya tidak pernah diberi
cobaan, tidak pernah diberi kesusahan, kesulitan, kekurangan, juga tidak pernah
merasakan sakit, bagaimana kira-kira perilakunya? Sombong! Takabur! Dia akan
merasa sebagai orang paling hebat memebihi siapa pun. Merasa bisa melakukan
segala sesuatu tanpa memerlukan orang lain, bahkan mungkin akan ingkar pada
Allah. Oleh karena itulah Allah memberikan sakit pada manusia. Agar kita tahu
bahwa tubuh ini bukan milik kita. Tubuh ini tetap milik Allah, Dia-lah yang
berkuasa atas tubuh kita. Jadi kita tidak boleh sombong jika punya tubuh kekar
atau seksi—apalagi dipamer-pamerin dengan pakaian kurang bahan. Kapan pun Allah
mau, Dia bisa ambil itu tubuh kekar atau seksi. Tidak jadi soal apakah kita
sedang ikut kontes Miss Universe!
7. Sakit Membuat
Kita Lebih Mensyukuri Kesehatan
Sadar atau tidak, selama ini kita sering
menyepelekan nikmat sehat dari Allah. Kita selalu mengeluhkan banyak hal tapi
kurang bersyukur. Mengeluh gaji kecil, mengeluhkan tetangga yang kepo atau suka
banget gosipin kita, mengeluhkan jerawat yang semakin membesar, mengeluhkan
lemak di perut dan lain-lain. Tapi kita tidak pernah bersyukur diberi udara
gratis, diberi jantung yang normal, tangan dan kaki bisa bergerak bebas, mata
untuk membaca... Ah, kalau nikmat kesehatan tubuh yang Allah berikan setiap
hari pada kita dihitung, akan habis berapa halaman untuk menuliskannya? Mungkin
kita baru menyadari mahalnya kesehatan itu setelah mampir ke rumah sakit.
Melihat orang yang dipasangi respirator karena paru-parunya tak berfungsi
dengan baik. Melihat orang cuci darah stiap minggu karena ginjalnya bermasalah.
Atau melihat orang duduk di kursi roda karena kakinya lumpuh.
Yang paling gampang, ingatlah waktu kita pilek,
hidung buntu sampai susah napas. Maka kita akan tahu betapa berharganya
kesehatan itu. Jabatan tinggi dan harta menumpuk takkan ada artinya kalau tubuh
tidak sehat. Maka lebih baik kita bersyukur atas kesehatan yang Allah berikan
pada saat ini daripada mengeluhkan soal gaji kecil.
Jadi kunci menghadapi sakit bagi seorang muslim
sebenarnya nggak ribet-ribet amat, kok. Cuma ikhtiar, sabar, dan tawakal.
Tinggal bagaimana kita menjalaninya. Sanggup? Muslim yang keren pasti sanggup!
Sumber gambar: PIXABAY
Sumber gambar: PIXABAY
Komentar
Posting Komentar