Enid Blyton.
Siapa yang tidak tahu penulis novel anak legendaris ini? Masa kecil saya pun menjadi lebih seru bersama buku-buku karya Enid Blyton. Sebutlah judul-judul yang sangat populer, serial Lima Sekawan, Sapta Siaga, Pasukan Mau Tahu, dan serial Si Badung.
Perkenalan saya dengan buku Enid Blyton adalah saat masih di TK. Membaca pun belum lancar. Ibu meminjamkan buku anak berjudul Cermin Ajaib. Saya suka sekali dengan cerita-cerita dalam buku itu. Membacanya sampai berulang-ulang. Meskipun sudah tamat dan tahu semua ceritanya, saya masih meminta orang dewasa di rumah (Ibu dan Tante) membacakannya ulang. Lalu buku itu dikembalikan pada sang pemilik. Meskipun saya sangat sayang ..., saya tidak bisa menahannya karena buku itu memang bukan milik saya.
Saat saya SMP, ibu saya bekerja sebagai karyawati di sebuah toko buku terkenal. Di toko buku itu ada perpustakaan khusus karyawan. Setiap pulang bekerja, Ibu membawakan buku-buku Enid Byton dan Harry Potter untuk saya baca. Untuk pertama kalinya juga saya membeli sendiri buku Enid Blyton berjudul Si Badung Jadi Pengawas. Buku tersebut sangat laris dipinjam teman-teman sekolah saya secara estafet sampai lusuh.
Berlanjut hingga SMA, di dekat sekolah ada tempat persewaan komik dan novel. Buku-buku Enid Blyton banyak tersedia. Saya pun mengenal buku Enid Blyton yang lain, serial "Malory Towers". Dahaga saya akan buku-buku Enid Blyton cukup terpuaskan melalui perpustakkan kampung ini. Yah, meskipun harus membayar uang sewa untuk membacanya.
Keinginan mengoleksi buku-buku Enid Blyton cukup lama hanya menggantung di angan. Pertama, saya tidak tahu berapa banyak buku-buku Enid Blyton (mungkin puluhan atau malah ratusan?). Kedua, buku-buku Enid Blyton kabarnya sudah ada sejak zaman orangtua saya masih kecil. Pastilah perlu perjuangan yang tak mudah untuk mengoleksinya. Harus mencari di pasar/ kios lapak buku-buku bekas seandainya tidak dicetak ulang lagi. Ketiga, perlu dana yang tak sedikit demi mengadopsi "anak-anak" Enid Blyton.
Mulai tahun 2018, saya melihat foto-foto buku-buku Enid Blyton berkeliaran di timeline media sosial saya. Rupanya buku Enid cetak ulang dengan cover baru. Ada pula yang box set. Ketika itu saya justru sibuk berburu buku-buku lain. Hingga menemukan tiga buku Enid di toko buku dekat rumah yang didiskon. Rasanya seperti menemukan harta karun!
Bulan ini saya kembali menemukan box set Enid Blyton Seri Kumbang yang langsung saya sambar. Takut kehabisan. Saya ingin mulai mengoleksi buku-buku Enid Blyton satu demi satu. Walaupun tidak lengkap atau sulit mengurutkan nomornya, tak masalah.
Semua pasti setuju kalau buku-buku Enid Blyton layak dibaca sepanjang masa, oleh berbagai tingkat usia. Walau ditulis sejak berpuluh-puluh tahun lalu, tapi suasana cerita, karakter para tokoh, maupun alurnya tak ketinggalan zaman.
Siapa pun yang membaca buku Enid langsung diajak masuk ke dalam dunianya yang penuh petualangan, menjadi detektif, memecahkan misteri mendebarkan. Atau hanya sekadar berpiknik di hutan dan taman sambil makan kue selai bersama teman-teman. Saya kadang berkhayal jadi tokoh anak-anak dalam buku Enid yang selalu ceria dan penuh semangat. Tampaknya setiap masalah adalah tantangan mengasyikkan.
Ah ... indahnya masa anak-anak!
Komentar
Posting Komentar