Langsung ke konten utama

Tradisi Lebaran Jangan Sampai Memberatkan





Hari Raya Idul Fitri telah berlalu, namun suasananya masih terasa. Sisa-sisa kue, sirup, mungkin THR atau salam tempel... Hehe... Tak apalah, asal jangan sisa utang! Utang puasa? Oh, bukan! Utang uang yang harus dibayar demi memenuhi kebutuhan hari raya.


Nah, inilah yang akan saya bahas. 


Menjelang hari raya kita pasti memikirkan banyak kebutuhan. Membeli makanan dan minuman untuk menjamu tamu, baju baru, sepatu baru, atau mukena baru. Meskipun baju baru atau sepatu baru (juga kue lebaran, ketupat, opor ayam dan kawan-kawan) bukanlah suatu keharusan atau bersifat wajib, tapi tampaknya di Indonesia sudah menjadi tradisi. Ada sebagian orang yang merasa bahwa Idul Fitri tanpa semua itu tidaklah seperti hari raya. Maka mereka mengusahakan dengan berbagai cara agar di hari raya ada baju baru, sepatu baru, plus aneka makanan lezat.


Jika mereka sedang berpunya, tentu tak apa. Tapi bila tidak? Tabungan tak punya, THR pun tak ada, apa yang kemudian dilakukan? Utang! U-T-A-N-G menjadi senjata pamungkas bagi sebagian orang berkantong tipis yang ingin merayakan lebaran dengan mewah.


Kata "mewah" dalam tanda kutip, yang saya maksud adalah bagi orang-orang yang memaksakan diri hingga membebani diri. Mereka berutang demi bisa membeli baju baru, pakaian baru, kue-kue dan makanan lezat untuk keperluan hari raya. Namun setelah hari raya usai mereka merasa keberatan atau tidak sanggup melunasi utang itu. Jika demikian, apakah Idul Fitri benar-benar merupakan Hari Kemenangan?


Jangan salah paham, ya! Saya bukannya tidak setuju seseorang merayakan Idul Fitri dengan membeli baju baru, sepatu baru, membeli aneka makanan dan minuman sampai memenuhi meja. Kalau memang mampu tentu bagus. Karena ini sebagai bentuk kebahagiaan menyambut hari raya.


Tapi apabila terlalu memaksakan diri sampai berutang sana sini, lalu meninggalkan kesulitan setelahnya? Apa tidak sebaiknya kita kembali menyanyikan lagu Dhea Ananda?



"Baju baru Alhamdulillah
Tuk dipakai di hari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama"


Karena sesungguhnya Idul Fitri bukan untuk berpesta-pesta. Silaturahmi dengan keluarga, mempererat hubungan dengan sesama muslim itulah yang terpenting. Jamu dan muliakan setiap yang mendatangi rumah kita. Pakai pakaian terbaik dan berikan senyum tulus yang menyejukkan hati.


Tentu kita akan lebih bahagia tanpa harus memikirkan utang setelahnya.


Sumber gambar: PIXABAY


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pinjam Bukunya, Dong!

"Pinjam bukunya, dong!" Bagaimana reaksi teman-teman jika ada yang mengungkapkan kalimat itu? Meminjamkan buku dengan senang hati? Meminjamkan buku dengan waswas dan kasih pesan atau peringatan macam-macam? Atau menolak sama sekali? Kalau saya, ambil pilihan ketiga: menolak sama sekali. Saya paling anti meminjamkan buku pada orang lain. Silakan bilang saya pelit, sok, gaya, atau apa pun. Tapi saya jadi pelit bukan tanpa alasan. Banyak pengalaman buruk saya berhubungan dengan pinjam-meminjam buku. Buku kembali dalam keadaan lecek/lusuh, rusak, dicoret-coret, bahkan tidak kembali. Dulu saya tidak terlalu peduli ketika buku yang dipinjam rusak atau tidak kembali. Tapi sekarang buku menjadi benda kesayangan yang setelah diadopsi saya rawat dan jaga baik-baik. Jadi jika sampai terjadi kerusakan atau kehilangan pada buku yang dipinjam, jangan salahkan jika saya jadi galak!  Buku saya yang rusak setelah dipinjam teman Foto di atas adalah contoh buku yang ...

Mengenal GERD-Anxiety, dan Adenomiosis

Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis Penulis: ShytUrtle Penerbit: Pena Borneo, Februari 2019 (Cetakan Pertama) Tebal: 285 halaman ISBN: 978-602-5987-28-1 Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis  (selanjutnya, demi kemudahan, saya singkat judul buku ini menjadi AGAA) adalah buku yang menceritakan pengalaman penulisnya (ShytUrtle atau U) selama menderita ketiga penyakit tersebut. Ditulis dengan format seperti buku harian, kita seperti dibawa singgah ke Malang, tanah kelahiran U. Kemudian diperlihatkan kehidupan sehari-hari U yang harus bersahabat dengan GERD-anxiety dan adenomiosis. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapat usai membaca AGAA, di samping sederet istilah-istilah kesehatan yang rumit. Diuraikan dengan bahasa sederhana, tapi enak diikuti dan tidak membosankan. Sungguh kagum saya pada U karena bisa dengan tegar menjalani hari-harinya setelah divonis menderita sakit GERD dan kawan-kawan. Selama membaca AGAA rasanya saya seperti ikut merasakan seluruh kesakitan, kesedi...

Kan, Masih Anak-Anak!

Anak-anak selalu digambarkan sebagai sosok yang aktif, lucu, menggemaskan, manja, dan nakal. Kata terakhir inilah yang mengendap begitu lama dalam pikiran saya, sehingga membuat saya tergelitik untuk membuat tulisan ini. Sampai sejauh mana kenakalan anak-anak masih bisa ditolerir, dianggap wajar? Ada seorang ibu yang berkunjung ke rumah temannya sambil membawa anak kecil. Anaknya sangat aktif, tidak bisa diam. Berlarian ke sana kemari sambil memegang barang-barang milik tuan rumah. Apa saja dipegang. Gelas minuman, toples makanan, helm, hiasan pajangan, keramik ... Sepasang mata sang tuan rumah--yang juga perempuan--tak lepas mengawasi sambil berusaha mendengarkan apa yang dibicarakan tamunya. Sesekali tersenyum. Namun hatinya berbisik waswas, Aduh, nanti kalau pecah bagaimana, ya? Sementara ibu tamu tetap duduk manis di sebelah tuab rumah, mengobrol dengan serunya. Hanya sesekali berseru, "Adek, jangan! Ayo kembalikan! Jangan ke sana-sana, tidak boleh!" ...