Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Yuk, Mengenal Sastra Indonesia Lebih Dalam Lewat MENYELAMI KEINDAHAN SASTRA INDONESIA

MENYELAMI KEINDAHAN SASTRA INDONESIA (Ebook) Penulis Lianawati WS Penerbit Bhuana Ilmu Populer Gramedia Rilis 11 Juni 2019 Saya benar-benar tidak menyangka jika suatu saat bisa merilis ebook tentang sastra Indonesia. Terutama karena saya sendiri kurang begitu mengakrabi buku elektronik. Jadi, bagaimana cerita kelahiran anak saya yang spesial ini? Saya harus mundur ke masa bertahun-tahun yang lalu ketika masih duduk di bangku SMP. Di sini sastra Indonesia mulai diperkenalkan lebih dalam. Ketika mendapat tugas menulis karya ilmiah, saya ingin menulis tentang novel-novel Indonesia. Namun karena terbentur ujian nasional, tugas itu tidak pernah selesai. Akhir 2016, keinginan untuk menulis buku dasar-dasar sastra Indonesia muncul lagi. Saya mulai mengumpulkan buku-buku referensi--yang sudah tersedia di rak, maupun harus saya beli. Setelah menyusun outline yang cukup memusingkan, saya mulai menghadapi laptop ditemani setumpuk buku-buku referensi. Saya memikirkan, bagaimana caranya

Setetes Kisah dari Botol Minuman

Beberapa waktu lalu, saat berjalan kaki pulang dari kantor pos, aku melihat seorang ibu pencari botol bekas berdiri di tepi jalan raya. Sepertinya mau menyeberang. Ibu tersebut memakai topi dengan pakaian lusuh. Dia menggendong sebuah bakul dari anyaman bambu berisi botol-botol kosong bekas air minum. Tiba-tiba aku teringat dengan botol-botol kosong yang teronggok di belakang rumah. Setiap kali membeli dan menghabiskan minuman ringan, aku dan keluarga menumpuk botolnya begitu saja di dalam karung, sampai terkumpul banyak sekali. Kemudian aku dekati ibu bertopi itu (demi kemudahan bercerita, selanjutnya kita sebut saja beliau dengan Ibu Bertopi). "Bu, di rumah saya ada banyak botol kosong, Ibu mau, tidak?" Tanpa pikir panjang, Ibu Bertopi langsung menyambut tawaran saya dengan gembira, "Iya, mau! Mau! Mbaknya rumahnya di mana, nggih?" "Itu Bu, di Desa Mo." Aku menunjuk ke arah jalan lurus di depan. "Cuma masuk gang di situ. Atau Ibu mau